Mamuju, – Di tengah berbagai persoalan yang masih membelit disektor pertanian, Organisasi Tani Merdeka Indonesia menegaskan peran strategisnya sebagai penyambung suara petani langsung ke pemerintah pusat. Dalam pernyataannya, Tani Merdeka menyebut diri mereka sebagai “Mata dan Telinga Presiden” dalam menangkap realitas yang dihadapi petani di lapangan.
Ketua DPD Tani Merdeka Mamuju, Mawardi, mengungkapkan bahwa hingga kini masih banyak masalah klasik yang belum terselesaikan secara sistemik – mulai dari kelangkaan pupuk, distribusi bibit yang timpang, hingga harga jual komoditas yang tidak berpihak pada petani.
“Petani harus punya jembatan kuat ke pemerintah pusat. Tani Merdeka hadir untuk memastikan Presiden benar-benar mendengar suara petani, langsung dari lapangan, bukan sekadar laporan manis di meja birokrasi,” tegasnya
Sebagai organisasi yang lahir dari akar rumput, Tani Merdeka tidak hanya menyuarakan keluhan, tetapi juga hadir dengan berbagai solusi konkret. Beberapa di antaranya mencakup pemanfaatan kearifan lokal, penerapan teknologi tepat guna, serta mendorong hilirisasi produk pertanian agar nilai tambah dinikmati langsung oleh petani.
Organisasi ini menekankan bahwa kedaulatan pangan tidak akan tercapai tanpa keadilan bagi petani. Karena itu, mereka menempatkan diri sebagai mitra kritis sekaligus kontributif dalam upaya membenahi tata kelola sektor pertanian.
“Kami tidak datang membawa protes, kami datang membawa solusi,” tandasnya.
Dengan komitmen tersebut, Tani Merdeka meneguhkan eksistensinya sebagai kekuatan sipil yang tak hanya memperjuangkan nasib petani, tetapi juga memperkuat fondasi ketahanan pangan nasional – dari desa untuk Indonesia. (*/wu)