DEDIKASIOPINI

Kekosongan Eksistensial: Saat Hidup Terasa Kosong ala Viktor Frankl

×

Kekosongan Eksistensial: Saat Hidup Terasa Kosong ala Viktor Frankl

Sebarkan artikel ini
Sumber gambar: Pinterest.com, diakses pada 28 April 2025

Pernah merasa hidup ini seperti berjalan di treadmill? Capek iya, tapi nggak ke ma-mana. Rutinitas kuliah, kerja, atau scroll media sosial terasa hampa. Kalau kamu pernah merasakannya, mungkin kamu sedang mengalami apa yang disebut Viktor Frankl sebagai Kekosongan Eksistensial.

Apa itu Kekosongan Eksistensial?

Viktor Frankl, seorang psikiater dan penyintas kamp konsentrasi Nazi, mengamati bahwa banyak orang mengalami perasaan hampa karena kehilangan makna hidup. Dalam bukunya Man’s Search for Meaning (1946), Frankl menyebut kondisi ini sebagai existential vacuum, yaitu perasaan bahwa hidup tidak memiliki tujuan atau makna yang jelas. Menurutnya, kekosongan ini muncul karena manusia modern kehilangan insting dasar dan tradisi yang dulu memberikan arahan dalam hidup.

BACA JUGA:  Tani Merdeka: Kami adalah Mata dan Telinga Presiden untuk Persoalan Pertanian

Kenapa Anak Muda Rentan Mengalaminya?

Dalam era digital ini, kita dibanjiri informasi dan pilihan. Namun, ironisnya, banyak dari kita merasa kehilangan arah. Sebuah studi menunjukkan bahwa mahasiswa sering menghadapi kekosongan eksistensial yang berkaitan dengan pesimisme dan optimisme. Tekanan sosial, perubahan politik, dan krisis kesehatan dapat memicu perasaan hampa ini.

Mengisi Kekosongan dengan Makna

Frankl mengembangkan logoterapi, sebuah pendekatan psikoterapi yang fokus pada pencarian makna hidup. Ia percaya bahwa manusia terdorong oleh “kehendak untuk makna” (will to meaning), bukan sekedar mencari kesenangan atau kekuasaan. Logoterapi membantu individu menemukan makna melalui:

  • Dereflection : Mengalihkan fokus dari diri sendiri ke hal-hal yang lebih besar.
  • Paradoxical Intention : Menghadapi ketakutan dengan cara yang tidak biasa.
  • Socratic Dialogue : Mengeksplorasi pemikiran dan perasaan melalui dialog mendalam.
BACA JUGA:  Tani Merdeka: Kami adalah Mata dan Telinga Presiden untuk Persoalan Pertanian

Mencari Makna dalam Kehidupan Sehari-hari